Minggu, 25 Januari 2009

Diam Pun, Ada Risikonya


Percaya karma? Saya sih, lebih memilih istilah "kebaikan dibalas kebaikan dan kejahatan dibalas kejahatan" daripada karma. Fa man ya'mal mitsqala dzarah khairan yarah, wa man ya'mal mitsqala dzarah syarran yarah. Siapa menanam, dia menuai. Siapa malas, dia tidak mendapat apa-apa. Siapa bekerja keras, pasti menikmati buah kesungguhannya. Mungkin hasilnya tidak cepat terlihat dan terasa, tapi akan datang pasti. Suatu saat nanti. Sayangnya, banyak orang menuntut kesuksesan instan dalam hidup mereka. Dan akhirnya membuat mereka memilih jalan pintas meraih sukses. Sukses, yang (jika mereka mau menyadarinya) hanya dinikmati sejenak di dunia.

Untuk meraih keberhasilan, kita tak bisa hanya mengharap keajaiban. Untuk mengubah kondisi diri ke arah yang lebih baik, kita tak bisa mengharap orang lain memperbaikinya untuk kita. We do have power inside us and we must use it for the shake of our life. Dan untuk melatih inner power tersebut, kita harus bergerak dan belajar. Berusaha untuk tidak selalu melihat ke atas dan silau oleh kemilau penampilan fisik. Berupaya untuk memahami bahwa kehidupan adalah berbuat dan berbuat. Tidak sekadar menginginkan sesuatu, tapi juga berdaya mewujudkannya.

Saya ingin bergerak dan bergerak. Saya ingin menajamkan seluruh indra. Saya tidak mau dikalahkan keadaan. Saya ingin membuat resolusi yang melahirkan revolusi. Karena, jika diam pun ada risikonya, mengapa harus takut bergerak?

Jika hanya diam, kita akan melihat diri kita dikalahkan waktu. Kita akan melihat betapa lambatnya proses diri kita untuk maju. Kita akan menyaksikan teman-teman sebaya memiliki lebih banyak pengetahuan dan karir cemerlang, melesat jauh meninggalkan kita. Jika hanya diam, kita akan berada dalam zona nyaman yang membunuh intelektualitas, rasa, dan semangat. Jika kita hanya diam, kita akan melihat alam semakin rusak dan bencana makin marak. Jika hanya diam, kita hanya bisa mengutuk dan mencaci, padahal kita tak pernah mencoba mengubah sesuatu.
  • Meski gagal, berusaha merupakan satu langkah lebih maju dibandingkan diam.
  • Jangan merasa terbatas, karena keterbatasan diciptakan oleh diri kita sendiri.
  • Belajar dan bekerja dengan giat, bukan melulu tentang nilai yang baik dan promosi. Semuanya demi kebaikan diri kita sendiri. Semakin baik yang kita lakukan, semakin banyak pengalaman yang kita dapatkan, semakin besar perubahan yang kita buat ke arah hidup yang lebih baik.
  • Jangan selalu terpukau dengan kedudukan orang lain. Karena, tiap orang memiliki waktu yang berbeda untuk menjadi "berhasil". Jangan pernah berpikir Tuhan tidak adil.

Entah satu bulan, satu tahun, atau sepuluh tahun lagi, kebajikan yang kita kerjakan akan membawa kebaikan bagi kita. Kesungguhan akan berbuah manis. Menurut saya, itu sudah menjadi sunnatullah. Hukum alam. Reaksi dari aksi. Sebab akibat. Namun jika kita tetap memilih untuk berdiam diri, bersiaplah menerima risiko didiamkan oleh semesta.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Bener banget lo Vi.