Minggu, 31 Agustus 2008

Menjadi Bahagia Adalah Pilihan


Menjadi bahagia adalah pilihan. Sayangnya, tak semua dari kita memilih untuk bahagia. Kita lebih suka menikmati rasa sakit, dipusingkan oleh prasangka buruk dan kekhawatiran yang berlebih, hingga akhirnya 'terpaksa' (atau dipaksa) menyerah oleh keadaan. Alhasil, bete mudah hinggap cuma gara-gara macet, motor yang jalannya gila-gilaan (mungkin mereka merasa kembarannya kucing yang punya sembilan nyawa-atau merasa paling berkuasa hingga tak bisa disalahkan karena tak mungkin salah?), kurang berhasil mencapai target kerja, atau karena jodoh yang belum juga keliatan batang hidungnya (eitts..atau mungkin kita yang kurang teliti:-)). Akibatnya, kita merasa jadi manusia paling tidak beruntung sedunia. Mengalahkan mereka yang hanya bisa makan satu kali dan terpaksa tidur di kolong jembatan karena tak punya tempat tinggal. Yang kita lakukan hanya merutuki nasib lalu menyalahkan orang lain dan keadaan yang tidak kondusif.

Menjadi bahagia adalah pilihan. Tak banyak dari kita yang tahu bahwa manusia memiliki kesempatan dan kekuatan untuk menjadi bahagia, dalam kondisi terberat sekalipun. Karena, kuncinya ada pada pikiran kita. Yang harus kita lakukan tinggal mengatur mindset untuk selalu berada pada jalur bersyukur dan optimis. Seperti kata para motivator ulung: there is no "no way out" atas segala permasalahan dalam hidup. Selama pikiran kita berjalan on the right track, setiap kegagalan, kesendirian, ketakutan, dan ketidaknyamanan akan menjadi penyemangat untuk melompat lebih tinggi.

Menjadi bahagia adalah pilihan. Inilah saatnya mengubah duka menjadi suka. Mengganti getir menjadi manis. Kita bisa memilih hal-hal berikut ini:

  1. Menangis hingga menghabiskan tisu satu kotak lalu mandi atau sekadar mencuci muka.
  2. Membuat secangkir teh hangat (camomile or jasmine will be better), menghirup aromanya, dan meneguknya perlahan-lahan.
  3. Mengintrospeksi diri demi mencari akar permasalahan. Fokuskan pada diri kita sendiri. Meskipun permasalahan yang kita hadapi melibatkan orang lain, jangan sibuk mencari aib orang lain. Kita harus mencari solusi agar di kemudian hari tidak akan masuk ke lubang yang sama. Jika masalahnya karena kita bersikap plin-plan, cobalah untuk lebih tegas. Jika masalahnya karena kita teledor, belajarlah untuk lebih teliti. Jika masalahnya karena gengsi mengungkapkan perasaan, berusahalah untuk lebih jujur pada hati nurani.
  4. Mengatur strategi apa yang harus dilakukan agar apa yang telah kita kejar dan kerjakan tidak menjadi sia-sia.
  5. Meminta maaf pada orang yang kita sakiti dan memaafkan orang yang menyakiti kita tidak akan membuat kita menjadi pecundang.
  6. Meyakini bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik. Apa yang terjadi mungkin bukan apa yang kita inginkan, tapi yakinlah bahwa itulah yang kita butuhkan untuk menjadi manusia yang lebih arif dan bijak (karena kita diberi kesempatan untuk melihat sesuatu dari berbagai aspek).
  7. Memohon kekuatan dari Sang Penguasa alam semesta untuk lebih baik dalam mengambil keputusan dan menjalani kehidupan.
  8. Mengembangkan senyum, karena tanpa kita sadar, senyum mengandung semangat, optimisme, dan kesiapan tempur.

Menjadi bahagia adalah pilihan. Ini saatnya kita memilih delapan langkah tadi dibandingkan menyesali nasib, mengutuk orang lain karena tidak bisa melakukan sesuatu sesuai keinginan kita, bersikap sinis bahkan cenderung apatis terhadap orang dan keadaan, hingga akhirnya kita merasa hidup yang sulit ini menjadi 1000 x lebih sulit dan tidak adil pada kita. A pursuit of happiness.