Minggu, 26 Oktober 2008

Ratmadi, Syekh Puji, dan Lima Jaksa BLBI


Life is like a roller coaster. Suatu ketika kita bisa berada di atas, lantas secepat kilat menukik tajam. Rasanya belum sempat menikmati masa "kejayaan" saat tiba-tiba kita tersadar bahwa kita sudah tak punya apa-apa. Begitulah hidup. Tak ada yang bisa menebak apa yang terjadi hari esok, lima jam mendatang, dua puluh menit kemudian, atau lima detik dari sekarang. Sebuah rahasia yang hanya bisa dijalani dengan bismillah..mengharap Dia melindungi kita yang sedang berusaha keras meraih asa.

Pertengahan hingga menjelang akhir Oktober diwarnai suspensi bursa efek. Meski masyarakat awam terhadap kegiatan bursa, tak pelak heboh dari lantai bursa mewarnai headline media massa. Maka, seperti biasa, mengalirlah pro kontra. Para pengamat ekonomi berlomba menganalisis, mengkritik, dan memberi masukan. Direktur Utama BEJ, Erry Firmansyah, menjadi star of the day. Wajahnya muncul di berbagai stasiun tv. Suspensi pasar bursa juga menyeret nama grup usaha yang melibatkan orang terkaya se Asia Tenggara tahun 2008 versi majalah Globe Asia. Rumor menggelinding..isu menggeliat..ditambah 'bumbu penyedap' maka gosip seputar kebangkrutan dan penjualan anak perusahaan konglomerasi itu pun menjadi bisik-bisik yang laris beredar di telinga sebagian masyarakat.

Setelah kembang kempis ekonomi global menjadi topik hangat perbincangan di warung kopi pinggir jalan (dengan hidangan andalan: kopi plus debu) hingga coffee shop bintang lima yang sejuk tenan.. muncullah rekaman suara Ratmadi Saptondo, sang Kepala Kejaksaan Negeri Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Gorontalo, sedang 'ngobrol' dengan Kepala Panitia Lelang Pemkab Boalemo, Subhan Umar. Suaranya keras bernada kesal sambil menyebut nama Bupati Boalemo, Iwan Boking dan cibiran terhadap kepolisian. Yang bikin hot, si Kajari menyebut akan membongkar kasus-kasus Pak Bupati seandainya nggak dikasih uang 50 juta. Wuidih..ngambeknya minta 50 juta! Jadi inget waktu kecil dulu. Kalo lagi ngambek, 'disuap' satu permen juga dah seneng. Ternyata beda usia, beda jaman, beda proporsi:) Dan tanpa ba-bi-bu, Pak Jaksa Agung, Hendarman Supandji, langsung memecat Pak Kajari yang langsung berubah status jadi Mantan Kajari. Sama kayak Pak Erry, Ratmadi pun jadi buah bibir di mana-mana. Seleb dadakan!

Setelah gonjang-ganjing dugaan korupsi dengan Ratmadi sebagai leading actor, hot seat akhir Oktober ditempati oleh Pujiono Cahyo Widianto a.k.a Syekh Puji (43) yang ketauan menikahi Lutfiana Ulfa, gadis berusia hampir 12 tahun. Alasan Syekh Puji, Ulfa adalah istri yang akan disiapkan menjadi penerus kerajaan bisnisnya dan dalam usia belia inilah saat yang tepat untuk kaderisasi, pembelajaran, dan 'penggojlokan'. "Mental dan pikiran anak kecil masih lurus, belum terkontaminasi hingga mudah diarahkan." begitu kira-kira pendapat Syekh Puji. Ia mengaku terinspirasi pengaderan yang dilakukan Akio Morita, pendiri kerajaan elektronik Sony. Hebohnya lagi, Syekh Puji ternyata menikahi Ulfa secara sirri pada tanggal delapan bulan delapan tahun dua ribu delapan. Ulfa adalah kandidat calon istrinya yang kedua puluh satu. Kata tim sukses Syekh Puji, selain cantik, Ulfa sangat pintar. Itulah kenapa gadis yang baru lulus SD itu terpilih jadi istri kedua Syekh Puji setelah Ummi Hani.

Sampai hari ini (27/10/08), nama Syekh Puji masih ramai dibicarakan. Mulai dari MUI, HTI, para pakar medis, hingga Kak Seto, ramai mengkritik langkahnya. Toh, Syekh Puji bergeming. Dia merasa apa yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, agamanya, bahkan cenderung meniru Rasulullah. Padahal, untuk alasan ini, rentang waktu, kebutuhan, dan dalil syar'i nya bisa jadi berbeda 180 derajat dari yang dilakukan Nabi. Bahkan, Syekh Puji dihadang UU Perkawinan tahun 1974 dan UU No. 23 tahun 2002.

Tapi..dari sekian ingar-bingar yang membuat kita mengernyitkan dahi dan mengelus dada..ada satu kisah yang membuat kita bersyukur dan (tidak dilarang) meneteskan airmata. Dari 35 jaksa tim penyelidik kasus BLBI ada lima orang jaksa yang terpaksa jual mobil demi memiliki biaya untuk operasional penyelidikan. Mana ada pejabat jaman sekarang rela ngorbanin harta pribadinya untuk kepentingan tugas negara? Can u imagine? Sementara sang ketua tim, UTG, justru sibuk 'jual beli permata' demi mendapat 660 ribu dolar Amerika dari Artalyta Suryani, yang mengaku cuma seorang ibu rumah tangga. Mmm..dengan kepiawaiannya mengontrol para jaksa, sepertinya Ayin (panggilan akrab Artalyta) lebih cocok jadi pialang saham, mandor, atau juru lelang yang berkuasa membuat orang lain mengikuti aturannya. Anyway, kelima jaksa "unbelievable" itu mungkin tak pernah disebut dan diekspos (ini yang disesalkan Jaksa Agung) padahal dedikasi mereka membuat kita geleng kepala karena takjub.

Life is a roller coaster. Mungkin banyak orang lupa bahwa apa yang kita jalani di dunia hanyalah sementara. Setelah senang, ada susah. Begitu juga sebaliknya. Setelah naik, kita akan turun. Setelah malam, pagi pun datang. Dan kejahatan, pasti tak akan menang melawan kebaikan (meskipun kejahatan selalu tampak lebih bersinar dan gemerlap dibanding kebaikan). Maka, mumpung masih hidup, mumpung hidup cuma sekali, hiduplah yang berarti.



Kamis, 02 Oktober 2008

Bukan Sembarang Romansa



Ramadhan 1429 H telah berlalu. Fajar Syawal yang ditandai hadirnya Idul Fitri juga telah menyingsing. Semoga kita termasuk ke dalam golongan minal aidin wal faizin; yang berhasil kembali suci dan menjadi pemenang. Sinar Idul Fitri menyusupkan harapan baru tuk menjadi insan yang naik ke kelas lebih tinggi. Sebuah harapan yang telah terangkum dalam doa dan menjelma menjadi tekad. Mudah-mudahan sekuat tekad Laskar Pelangi yang tak lelah dan tanpa putus asa menggantungkan cita setinggi langit.

Laskar Pelangi hadir di saat yang tepat. Novelnya hadir ketika hati merutuki betapa sialnya hidup ini. Tak terbayang bagaimana seorang Lintang, sang jenius alam, begitu rela kehilangan masa depannya demi menghidupi adik-adiknya. Sementara tak sedikit dari kita, dengan kadar kepintaran yang sangat jauh di bawah Lintang, bisanya hanya mengeluh karena tidak punya karier hebat dan uang melimpah.

Lintang datang untuk menumbuhkan nyali yang telah menciut. Bagaimana begitu kerdilnya kita karena telah menyia-nyiakan anugerah dari Allah. Dengan mudahnya kita membolos karena bosan, tak memperhatikan guru dan dosen yang mengajar, mencontek saat ulangan dan ujian, mengabaikan semua peraturan sekolah, dan mengabaikan ilmu yang diperoleh setelah lulus kuliah. Dalam fase hidup selanjutnya, kita pun selalu mengeluh kekurangan, tanpa menyadari bahwa cawan karunia kita sebenarnya telah penuh, bahkan luber.

Kita tak pernah sadar betapa beruntungnya kita bisa mengisi cakrawala berpikir dengan berbagai ilmu, sampai Lintang dengan sepeda yang harus dikayuhnya, buaya yang menghalangi jalannya ke sekolah, dan adik-adik perempuannya yang masih kecil, menampar kita dengan kesungguhannya meraih masa depan (meski akhirnya takdir membawanya pada 'perjuangan hidup' yang lain). Kita tidak sadar bahwa detik demi detik hidup kita amat berharga sehingga begitu bodoh jika disia-siakan hanya untuk mengecilkan diri, menyerah pada kesulitan, dan selalu menyalahkan nasib. Coz, we don't know what we've got, till it's gone..

Kehadiran Laskar Pelangi the movie di penghujung Ramadhan tahun ini juga melengkapi perenungan sepanjang bulan suci. Menginspirasi dan mengelaborasi kualitas diri. Menyaksikan (walaupun gambar visual tetap tak bisa menggantikan keliaran imajinasi dan interpretasi saat baca novelnya) Zulfanny cs bermain asik berhasil 'memaksa' airmata berlinang sekaligus memompa semangat untuk be a better me from now on...

Maka..
  • Jangan mengeluh, karena setiap ucapan yang keluar dari bibir kita adalah doa
  • Jangan berpikir terlalu keras untuk sesuatu yang belum terjadi, karena memprediksi masa depan sama sekali bukan keahlian kita
  • Jangan malas, karena rezeki dan kebahagiaan tidak gratis dan tiba-tiba diturunkan dari langit
  • Jangan memuja IQ, karena IQ semata akan jadi bencana tanpa EQ dan SQ
Laskar Pelangi mengajarkan kejujuran, kegigihan, dan keberanian mengejar mimpi. Karena keberhasilan tak sekadar cakap secara duniawi, tapi juga dari kebeningan hati dan akhlak terpuji. Keelokan paras, kepintaran, dan kekayaan mungkin membuat kita silau. Tapi camkan, bahwa semua itu tak menjamin seseorang menjadi orang baik dan terhormat di mata Allah. Hanya manusia yang buta matahatinya, yang selalu menomorsatukan atribut duniawi dalam menilai orang lain...

menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga