Minggu, 14 September 2008

Andai Memilih Itu Mudah...


Menjalani kehidupan berarti siap memilih satu dari sekian banyak pilihan di dalamnya. Siap memilih berarti siap dengan segala konsekuensi yang akan dihadapi. Siap memilih berarti siap mengambil risiko. Sayangnya, tak semua orang siap mengambil risiko.

Terkadang sulit sekali memutuskan satu pilihan karena kita tak siap menanggung risiko. Curang memang. Meski hati ingin sekali mencapai puncak gunung, kita tetap tak rela bersakit-sakit dahulu mengerahkan segenap kekuatan untuk mendaki.

Padahal, tak terbayang sudah berapa puluh kali kita harus memilih dalam setiap fase hidup kita. Pilihan besar seperti memilih jurusan di SMA, memilih jurusan dan universitas, memilih satu di antara tiga perusahaan yang menerima kita bekerja, memilih bank mana untuk menabung, memilih parpol mana yang paling sedikit mudaratnya dalam Pemilu, hingga yang paling sakral: memilih pendamping hidup. Belum lagi berbagai "pilihan kecil" lain seperti memilih what to wear on our first date, memilih antara open toe shoes atau stilleto heels (yang ini sudah jadi masalah "klasik" kaum hawa;-), hingga restoran mana yang cocok untuk tempat reunian. Jangan heran bila "urusan kecil" macam itu pun bisa jadi pemicu stres.

Saat dihadapkan pada satu atau lebih dari satu pilihan, alih-alih memilih, kita terkadang memilih untuk menutup mata. Pura-pura tidak tahu dan enggan berhadapan dengan prasyarat yang terbentang. Karena takut salah, takut sakit hati, dan tak sesuai harapan, kita memilih tak memilih. Alias abstain, alias golput. Sebenarnya, memilih untuk tidak memilih sah-sah saja. Asalkan, kita sadar bahwa pilihan yang disodorkan tak sebaik dengan apa yang kita sedang jalani. Tentu saja, keputusan untuk tidak memilih itu lahir dari sebuah pemikiran matang. Namun, bagaimana jika kita sudah merasa tidak betah dengan hidup kita dan kita tahu bahwa pilihan itu bisa jadi lebih menguntungkan?
  • Pertama, buatlah daftar kelemahan dan kelebihan dari beberapa pilihan yang datang pada kita. Mirip analisis SWOT seperti yang diajarkan para dosen semasa kuliah. Dari daftar yang terisi, kita akan tahu kebaikan apa saja yang bisa kita raih.
  • Kedua, ketika kita tahu hal mana yang memiliki kelebihan paling banyak, lihatlah juga kekurangannya sebagai perbandingan. Karena segala sesuatu tentu memiliki dua sisi, baik dan buruk. Pelajari baik-baik kekurangan tersebut, lalu tanyakan pada diri sendiri apakah kita bisa mengatasinya. Satu hal yang pasti, ketika kita memiliki tekad kuat untuk menjalani sesuatu, akan lebih mudah menemukan solusi untuk mengantisipasi kekurangnyamanan yang mungkin akan kita terima.
  • Ketiga, camkan dalam hati kita bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi yang harus ditaati. Ini adalah tantangan, bukan penghalang. Saat kita konsekuen dengan pilihan yang kita ambil, kita telah belajar menjadi dewasa dan gigih. Satu hal yang bisa membesarkan hati kita adalah "di balik setiap kesusahan pasti ada kesenangan. Dan di balik kesenangan pasti ada kesusahan." Jadi, tak perlu terlalu takut memilih. Salah memilih hanya akan terjadi bila kita tidak konsekuen dengan pilihan kita.
  • Keempat, jika itu berkaitan dengan memilih pendamping hidup. Ada hal-hal yang tak boleh dilupakan. Selalu libatkan keluarga untuk menilai apakah dia cocok untuk kita. Dan, jangan pernah mengabaikan kata-kata-Nya yang datang dalam bentuk kemantapan hati yang terbangun lewat istikharah. Karena bagaimanapun juga, pandangan manusia bisa saja tertipu. Tapi tidak dengan pandangan-Nya. Jika kita hanya bisa melihat seseorang secara parsial, Dia mampu menilai seseorang secara komprehensif
Andai memilih itu mudah, kita mungkin tak akan berkeluh kesah. Andai memilih itu mudah, kita mungkin tak pernah menyesali apa yang sudah terjadi. Andai memilih itu mudah, mungkin kita tak pernah melewati hari-hari yang dipenuhi kebimbangan dan ketakutan untuk melangkah. Andai memilih itu mudah, mungkin sekarang kita sudah dikaruniai anak yang lucu-lucu. Andai memilih itu mudah, mungkin kita tak akan menekuni profesi kita sekarang. Andai memilih itu mudah, kita bisa punya harta lebih banyak dari sekarang.

Gawat! Jika terus-terusan kita membatin andai memilih itu mudah..bisa-bisa kita tidak bersyukur dengan hidup kita sekarang. Jadi, lebih baik kita membalikkan perandaian itu. Uneasy but incredible. Justru karena memilih itu tidak mudah, maka kita bisa memaknai dan mencintai perjuangan hidup yang sarat peluh. Alhamdulillah...


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Memilih itu mudah ketika hanya ada satu pilihan di depan mata, bukan dua, tiga, apalagi empat. Memilih itu mudah kalau kita sudah yakin akan pilihan kita. Jadi, yang susah itu mendapatkan keyakinannya Vi, bukan milihnya :). Hopefully you'll find your way Vi.

vi mengatakan...

Kalo cuma ada satu, kayaknya bukan pilihan. jadi bukan dipilih. karena mau tidak mau, pasti terambil. Yang enak tuh, kalo cuma ada satu di depan mata, tapi yang satu itu oke banget. Huhu..dijamin nggak ada manusia yang punya motto "struggle for life" ya;)