Kamis, 28 Mei 2009

INDEPENDENSI TELEVISI DALAM PILPRES 2009


Loyalitas jurnalis adalah kepada publik. Kepentingan yang diusung dalam setiap pemberitaan adalah kepentingan masyarakat. Dua hal tersebut harus dimiliki stasiun televisi sebagai media informasi, terutama bagi stasiun tv yang mengklaim diri sebagai tv berita. Karena itulah, independensi stasiun tv harus terjaga agar konflik kepentingan—antara tokoh politik, partai politik tertentu, atau penguasa—bisa dihindari.

Dalam menyambut Pilpres 2009, stasiun tv sebagai media harus memberi gambaran secara utuh tentang profil para capres dan cawapres. Profil tersebut bukan sekadar biodata pribadi, tapi harus memperlihatkan prestasi dan kegagalan para calon pemimpin dalam kapasitas mereka sebagai individu, makhluk sosial, maupun tokoh masyarakat. Terlebih mereka yang pernah mengemban jabatan publik atau militer.

Tidak hanya memperlihatkan karakter pribadi dan pengalaman para calon pemimpin, media juga harus mampu menghadirkan analisis dan prediksi seputar duet kepemimpinan dan koalisi partai politik pendukung capres-cawapres. Dari profil pribadi, pendapat para pengamat politik, dan mengamati sepak terjang masing-masing calon pemimpin, media harus mampu menginformasikan kelebihan dan kekurangan ”paket” calon pemimpin 2009-2014.

Dalam menginformasikan kekuatan dan kelemahan tersebut, stasiun tv harus melakukannya dengan netral dan independen. Kunci utamanya adalah dengan tidak mengemukakan opini dalam pemberitaan seputar pilpres. Masyarakat cukup disodorkan fakta-fakta dari gambar di lapangan, diperdengarkan para tokoh yang diwawancarai, dan diperlihatkan data. Media memiliki kewajiban untuk menyuguhkan hal-hal positif maupun negatif. Namun hasil akhirnya tetap diserahkan kepada publik untuk menilai dan memutuskan.

Selain mengulas lengkap para calon pemimpin di pilpres 2009, stasiun tv juga harus menginformasikan tahapan pilpres dengan jelas. Di sinilah peran stasiun tv sebagai pendidik masyarakat dimainkan. Masyarakat harus tahu bagaimana para capres dan cawapres tersebut mematuhi jadwal yang diberikan KPU dan bagaimana mereka memanfaatkan hari-hari tersebut. Masyarakat diharapkan dapat melihat efektivitas dan efisiensi kampanye yang dilakukan para capres dan cawapres.

Independensi stasiun tv juga menjadi sangat penting karena masyarakat Indonesia sudah mulai kritis dalam menyikapi pemberitaan media. Simbol, narasi, cuplikan-cuplikan gambar dan kutipan pernyataan para tokoh yang tidak berimbang akan dengan mudah menimbulkan persepsi di masyarakat bahwa stasiun tv yang menayangkannya adalah kendaraan politik tokoh atau parpol tertentu. Karena itulah, stasiun tv harus selektif menayangkan gambar, komentar, dan data. Temasuk di dalamnya narasumber, baik individu (pengamat politik) maupun sumber data lain (lembaga survei dan riset).

Tidak ada komentar: