Kamis, 02 Oktober 2008

Bukan Sembarang Romansa



Ramadhan 1429 H telah berlalu. Fajar Syawal yang ditandai hadirnya Idul Fitri juga telah menyingsing. Semoga kita termasuk ke dalam golongan minal aidin wal faizin; yang berhasil kembali suci dan menjadi pemenang. Sinar Idul Fitri menyusupkan harapan baru tuk menjadi insan yang naik ke kelas lebih tinggi. Sebuah harapan yang telah terangkum dalam doa dan menjelma menjadi tekad. Mudah-mudahan sekuat tekad Laskar Pelangi yang tak lelah dan tanpa putus asa menggantungkan cita setinggi langit.

Laskar Pelangi hadir di saat yang tepat. Novelnya hadir ketika hati merutuki betapa sialnya hidup ini. Tak terbayang bagaimana seorang Lintang, sang jenius alam, begitu rela kehilangan masa depannya demi menghidupi adik-adiknya. Sementara tak sedikit dari kita, dengan kadar kepintaran yang sangat jauh di bawah Lintang, bisanya hanya mengeluh karena tidak punya karier hebat dan uang melimpah.

Lintang datang untuk menumbuhkan nyali yang telah menciut. Bagaimana begitu kerdilnya kita karena telah menyia-nyiakan anugerah dari Allah. Dengan mudahnya kita membolos karena bosan, tak memperhatikan guru dan dosen yang mengajar, mencontek saat ulangan dan ujian, mengabaikan semua peraturan sekolah, dan mengabaikan ilmu yang diperoleh setelah lulus kuliah. Dalam fase hidup selanjutnya, kita pun selalu mengeluh kekurangan, tanpa menyadari bahwa cawan karunia kita sebenarnya telah penuh, bahkan luber.

Kita tak pernah sadar betapa beruntungnya kita bisa mengisi cakrawala berpikir dengan berbagai ilmu, sampai Lintang dengan sepeda yang harus dikayuhnya, buaya yang menghalangi jalannya ke sekolah, dan adik-adik perempuannya yang masih kecil, menampar kita dengan kesungguhannya meraih masa depan (meski akhirnya takdir membawanya pada 'perjuangan hidup' yang lain). Kita tidak sadar bahwa detik demi detik hidup kita amat berharga sehingga begitu bodoh jika disia-siakan hanya untuk mengecilkan diri, menyerah pada kesulitan, dan selalu menyalahkan nasib. Coz, we don't know what we've got, till it's gone..

Kehadiran Laskar Pelangi the movie di penghujung Ramadhan tahun ini juga melengkapi perenungan sepanjang bulan suci. Menginspirasi dan mengelaborasi kualitas diri. Menyaksikan (walaupun gambar visual tetap tak bisa menggantikan keliaran imajinasi dan interpretasi saat baca novelnya) Zulfanny cs bermain asik berhasil 'memaksa' airmata berlinang sekaligus memompa semangat untuk be a better me from now on...

Maka..
  • Jangan mengeluh, karena setiap ucapan yang keluar dari bibir kita adalah doa
  • Jangan berpikir terlalu keras untuk sesuatu yang belum terjadi, karena memprediksi masa depan sama sekali bukan keahlian kita
  • Jangan malas, karena rezeki dan kebahagiaan tidak gratis dan tiba-tiba diturunkan dari langit
  • Jangan memuja IQ, karena IQ semata akan jadi bencana tanpa EQ dan SQ
Laskar Pelangi mengajarkan kejujuran, kegigihan, dan keberanian mengejar mimpi. Karena keberhasilan tak sekadar cakap secara duniawi, tapi juga dari kebeningan hati dan akhlak terpuji. Keelokan paras, kepintaran, dan kekayaan mungkin membuat kita silau. Tapi camkan, bahwa semua itu tak menjamin seseorang menjadi orang baik dan terhormat di mata Allah. Hanya manusia yang buta matahatinya, yang selalu menomorsatukan atribut duniawi dalam menilai orang lain...

menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Makasih dah ngasih tahu gue kalo ada penulis baru bernama Andrea Hirata. Laskar Pelangi adalah titik tolak perubahan hidup gue. Sejak baca bukunya, gue jadi merasa bodoh karena telah menyianyiakan banyak waktu dan kesempatan.